Geliat Jurnal Ilmiah PTKI di Era Virtual Crowd

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta- Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama kembali menggelar Tadarus Litapdimas. Webinar seri kesembilan ini mengangkat tema Kecendekiawanan dalam Jurnal Bereputasi.  

Sekretaris Ditjen Pendikan Islam Imam Safei mengatakan, tema tersebut dipilih sebagai apresiasi atas terus bergeliatnya jurnal Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Terbaru, sebanyak lima jurnal PTKI masuk kriteria Q1 dan Q2 pada tahun 2020. 

“Ini prestasi luar biasa. Saya berharap prestasi ini dapat ditularkan kepada PTKI lainnya,” ujar Imam di Jakarta, Rabu (01/07).  

“Kualitas kecendekiawananan di kalangan PTKI memang harus terus dijaga, sehingga mampu menjadi panutan dalam masyarakat,” sambungnya.  

Kasubdit Litapdimas Suwendi mengatakan Kementerian Agama terus berupaya mendukung perkembangan jurnal PTKI. Salah satu yang dilakukan adalah menyediakan platform pendukung menuju jurnal berreputasi, seperti Moraref, Morabase dan Morabin. Sarana ini bisa dioptimalkan sivitas akademika PTKI dalam menjaga kualitas kecendekiawanan. “Melalui jurnal ilmiah, temuan penting dan perkembangan ilmu pengetahuan dapat dipromosikan sehingga mampu memberikan kebermanfaatan bagi kemanusiaan di era internet ini,” ujarnya. 

Editor in-Chief IJIMS yang juga Rektor IAIN Salatiga Zakiyuddin Baidhawy melihat fungsi strategis jurnal ilmiah di era virtual crowd. Istilah terakhir dia gunakan untuk menggambarkan kondisi saat ini di mana semua informasi dapat dicari di internet. “Saat ini manusia mendapatkan dukungan dalam ruang dan waktu serta kebebasan belajar untuk menempa kecendekiawanan. Namun hal ini menjadi tantangan baru,” ungkapnya.  

Baidhawy lalu memaparkan sejumlah fenomena baru pada era virtual crowd. Pertama, lahirnya otoritas baru sebagai penantang otoritas yang sudah lama mapan. Kedua, munculnya ketergantungan manusia pada literasi instan dan massif yang cenderung kehilangan kedalaman dan keluasan. “Sebagian masyarakat kini juga merasa tidak penting pada kehadiran para akademisi dan intelektual karena semuanya sudah dapat terjawab oleh internet,” ungkapnya.  

“Untuk mengcounter tantangan yang muncul dari berkembangnya virtual crowd itu, maka jurnal ilmiah hadir untuk menumbuhkan kecendekiawanan,” sambungnya. 

Dosen UIN Syarif Hidayatulah Siti Musdah Mulia melihat pentingnya jembatan bagi para penulis yang beda peminatan, latar belakang, dan juga keahlian. Jembatan atau bridging the writers ini penting sebagai sarana mempertemukan mereka menjadi sebuah kekuatan intelektual yang outstanding dan meningkatkan kecendekiawanan.   

“Penting juga dilakukan pendampingan agar kesadaran liretasi dan intelektualitas semakin meningkat sehingga kecendikiawanan berkembang melalui jurnal, bukan hanya di Jawa atau dominasi lelaki saja, tapi juga luar Jawa, seperti Makasar, Aceh, Sumatera, dan lainnya. Apabila di Jawa jurnalnya sudah maju, maka di luar Jawa juga ikut maju,” tuturnya.  

Menurut Musdah, ada empat fungsi jurnal, yaitu meregistrasi kegiatan kecendekiawanan, mensertifikasi hasil karya, ruang desiminasi, serta arsip temuan hasil para cendekia. Untuk itu, pengembangan jurnal ilmiah harus didukung.  

Sebagai bagian dari perayaan dan penghargaan, Tadarus Litapdimas seri sembilan, mengundang pengelola lima jurnal PTKI bereputasi yang telah masuk kriteria Q1 dan Q2 pada tahun 2020. Kelima jurnal internasional tersebut ialah Journal of Indonesian Islam (JIIs) di UIN Sunan Ampel Surabaya, Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies (IJIMS) di IAIN Salatiga, Qudus International Journal of Islamic Studies (QIJIS) di IAIN Qudus, Studia Islamika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Al-Jamiáh di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Para pengelola diundang untuk menyampaikan mengenai kecendekiawanan dan perjurnalan dengan pengalaman masing-masing. 

Webinar ini juga diikuti sejumlah narasumber, antara lain: Khoirun Niam (Excutive Editor JIIs), Wahiburrahman (Editor-In-Chief QIJIS), Ismatu Rofi (Studia Islamika) dan Ratno Lukito (Al-Jamiáh). Acara yang berlangsung dari jam 10.00 hingga 12.30 ini diikuti lebih 500 peserta dalam zoom dan ribuan lainnya menyaksikan melalui Youtube Diktis TV. Mereka terdiri dari para peneliti, dosen, pengelola jurnal, pengurus LP2M seluruh Indonesia, dan lainnya. (p/ab)